Sabtu, 02 Mei 2015

PRA-MUBES STP (SERIKAT TANI POLONGBANGKENG) KAB.TAKALAR


        Bersama dengan AGRA Wilayah yang selama ini mengerahkan waktu dan tenaganya, STP Takalar telah membangun kultur organisasi dan konsepsi perjuangan yang tentunya jarang ditemui di berbagai lingkungan pertanian yang terdapat di wilayah Sulawesi Selatan di era ini. Menyadarkan masyarakat pada kenyataan bahwa dalam sepanjang riwayat kehidupan tidak lepas dari pertentangan kelas yang berkecamuk dimana-mana yang kemudian pada akhirnya juga selalu dimenangkan oleh mereka yang bermodal, memiliki capital yang berlebih, berikut selingkuhannya birokrat korup yang senang melegitimasi langkah-langkah kotornya dalam merebut lahan dan ruang-ruang produksi masyarakat, khususnya kaum tani.
`      PTPN yang telah menjarah tanah masyarakat Polongbangkeng (dikatakan menjarah sebab melalui intimidasi, iming-iming palsu, dan janji kontrak yang tidak ditepati) dalam angka ribuan hektar selama kurang lebih 32 tahun terhitung sejak 1982 hingga sekarang, enggan untuk mengembalikan hak produksi masyarakat pada tanahnya sendiri yg telah jatuh tempo pada tahun 2007 silam. Hal inilah yang menciptakan konflik dalam beberapa tahun terakhir, dimana masyarakat polongbangkeng menuntut hak hak kepemilikan atas tanahnya yang tidak akan pernah dipenuhi oleh pihak perusahaan yang telah berada pada zona nyaman karena raupan keuntungan produksi yang cukup besar di pusaran pasar Domestik ataupun Global. Masyarakat menyadari bahwa mereka berhadap-hadapan dengan kekuatan yang sangat besar. Imperialisme, Feodalisme, dan Kapitalisme Birokrat telah dipetakan menjadi 3 musuh rakyat yang utama, dan PTPN adalah wujud nyata yang lahir sebagai musuh masyarakat Polongbangkeng.
            Berdasarkan gambaran problematika tersebut diatas, AGRA Wilayah dan STP Takalar beserta beberapa Organ lainnya yang terlibat menyelenggarakan pembangunan kesadaran yang lebih massif ditataran masyarakat, melalui Pra-Mubes Pendidikan mengenai pengetahuan Organisasi Massa-Demokrasi Nasional dan Analisa kelas diturunkan menjadi materi yang mesti dipahami masyarakat. Berikut adalah rangkaian laporan keseharian selama ditugaskan di Kec. Polongbangkeng Utara, Desa Ko’mara.
LAPORAN HARIAN
Atas nama Cara Baca Institute yang melibatkan diri dalam proses perjuangan kelompok tani yang diberi nama STP (Serikat Tani Polongbangkeng) di Kabupaten Takalar, saya bersama beberapa teman, salah satu diantaranya senior kami kak Imam, bung Uchup, dan bung Antho yang juga aktif dalam beberapa penelitian lembaga BALANG di Kab. Bantaeng, ditugaskan mengikuti beberapa rangkaian kegiatan Pra-Mubes STP Takalar untuk menyambut salah satu kegiatan inti yang akan menentukan perjalanan organisasi di tahun-tahun mendatang, yakni Musyawarah Besar STP Takalar. Di Pra-Mubes akan dilaksanakan perapian strukur di tingkat kelompok di tiap-tiap ranting, pemilihan pimpinan ranting, dan pembahasan program-program organisasi yang akan diputuskan secara kolektif guna menyukseskan kegiatan MUBES STP yang akan dilangsungkan sepekan kemudian pasca Pra-Mubes.

Hari Pertama. Jum’at, 5 september 2014.
Pukul 17.30 waktu Makassar, kami berangkat dari secretariat CaraBaca Institute, Paccinongan, Gowa dan tiba di desa Ko’mara Kecamatan Polut, Kab. Takalar pada saat Ba’da Maghrib. Kami langsung menuju secretariat STP Takalar, Ranting Ko’mara dan bertemu dengan beberapa rekan-rekan dari Agra Wilayah, serta Pimpinan Ranting Ko’mara Dg. Sijaya yang sangat bersahaja, yang langsung saja menyapa kami dengan sapaan “Bung”. Kami dijamu dengan beberapa makanan dan minuman yang langsung saja melepas rasa lapar dan dahaga sedari siang.
Ba’da Isya Rapat Panitia untuk Pra-Mubes STP dilaksanakan yang dihadiri Dewan Pembina STP, Pimpinan Kolektif  dan masyarakat yang terhimpun dalam STP. Rapat juga dihadiri beberapa organ relawan yang mayoritas adalah pemuda dan mahasiswa. Rapat dipimpin oleh Bung Chivas begitu sapaan akrabnya dari AGRA Wilayah yang begitu bersemangat membahas agenda pembahasan kegiatan selama Pra-Mubes akan dilangsungkan. Penekanan kegiatan diprioritaskan pada pendidikan mengenai Ormas-Demnas dan analisa kelas serta perapian kelompok di tiap ranting yang berada di Kec. Polongbangeng Utara guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ber-organisasi dan pengetahuan akan posisinya dalam analisa kelas yang kritis. Dalam rapat ini tiap relawan disebar ke beberapa ranting untuk mengawal pendidikan yang akan dilangsungkan. Saya sendiri ditugaskan di ranting Ko’mara yang dipimpin oleh Dg. Sijaya bersama Bang rudy dari Agra Wilayah, dan juga bung Ithol dari lembaga AMPERA (Aliansi Medis untuk Perjuangan Rakyat). AMPERA adalah aliansi yang dibangun oleh para pemuda-pemudi yang memahami persoalan Medis. Mayoritas anggota aliansi terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi yang bergelut dibidang kesehatan atau keperawatan. Namun tidak menyempitkan fungsinya hanya sebagai tenaga medis, namun dengan sadar aliansi ini memposisikan diri sebagai organisasi perjuangan yang berpihak pada AMPERA (amanat penderitaan rakyat).
Rapat berlangsung sangat harmonis, dan selalu diselingi candaan yang mewarnai rapat yang pada umumnya selalu berlangsung alot dan monoton. Walaupun ada banyak kosakata bahasa daerah setempat yang belum saya pahami, namun sedikit demi sedikit bisa juga dimaknai. Teringat ketua panitia bung Chales menanggapi pertanyaan dari salah seorang peserta rapat “apa sih itu cha’les?”(dalam bahasa daerah), ia pun menjawab, menurutnya itu singkatan dari “Chaddi, Le’leng, Sakkulu’ poeng (artinya: Kecil, Hitam, Bau lagi). Seketika seluruh peserta rapat pun tertawa mendengar tanggapan bung Cha’les. Dan rapat pun diakhiri setelah pembahasan mengenai isi rangkaian kegiatan Pra-Mubes telah didiskusikan bersama.

Hari ke-II. Sabtu, 6 September 2014.
            Hari ini adalah hari pertama kegiatan Pra-Mubes dilaksanakan secara serentak di tiap ranting. Di Ranting Ko’mara terdiri dari 5 kelompok yang menampung anggota sebanyak 63 orang sementara ini. Pukul 17.30 pendidikan telah dimulai di kelompok 5 terlebih dahulu. Sebelumnya materi pembahasan terlebih dahulu  diantarkan oleh pimpinan ranting Dg. Sijaya sembari merapikan struktur kelompok, kemudian dilanjutkan oleh penyajian materi pendidikan oleh Bang Rudi. Pendidikan berlangsung sangat interaktif kala pembahasan mengenai analisa kelas yang menjelaskan posisi masyarakat di kelompok ini mayoritas berada pada kategori petani miskin dan buruh tani yang merasa sangat dirugikan oleh keserakahan PTPN.
            Anggota kelompok 5 rata-rata adalah generasi kedua dan ketiga semenjak PTPN menancapkan jangkarnya dalam lahan pertanian milik masyarakat Polongbangkeng Utara. Para petani merasakan betul dampak dari penguasaan tanah oleh PTPN. Selain lahan pertanian menyempit, warga masyarakat juga kesulitan akan air. Bisa dirasakan daerah Polongbangkeng utara cuacanya sangat panas karena kekeringan. Dan sulitnya tumbuhan lain atau pepohonan tumbuh dengan baik sebab daya serap air tanaman Tebu sangat tinggi.

Hari ke-III. Minggu, 7 September 2014.
            Pendidikan selanjutnya dilangsungkan untuk kelompok 4 pada pukul 14.30 waktu setempat, materi kali ini di bawakan oleh bang Juned yang juga dari AGRA wilayah karena Bang Jack ada urusan mendadak. Satu hal yang menjadi catatan, situasi pendidikan semakin interaktif jika menggunakan bahasa setempat sehingga masyarakat mudah menangkap isi materi. Pola inilah yang digunakan oleh bang Juned. Itulah salah satu faktor saya tidak dapat menjalankan peran bang Juned sebagai fasilitator diskusi. Dalam pendidikan kali ini pesertanya juga agak berimbang antara pria dan perempuan, karena peserta dari kalangan perempuan mempunyai semangat yang sama untuk ikut terlibat dalam perjuangan STP takalar dalam menghadapi PTPN.
            Pada pukul 17.30 pendidikan dilanjutkan untuk kelompok 3, kali ini pendidikan dimediasikan melalui bung Ithol untuk materi Ormas-Demnas dan dilanjutkan oleh Bang Juned untuk pembahasan analisis kelas. Kemudian dilanjutkan dengan perapian struktur kelompok yang dipimpin oleh Dg. Sijaya.
Hari ke-IV. Senin, 8 September 2014.
            Pada hari ini, tidak ada penyajian materi pendidikan di siang hari, yang seharusnya giliran kelompok 2, sebab berbenturan dengan aktivitas kerja masyarakat setempat yakni beternak. Beternak adalah pekerjaan rutin petani setempat yang memiliki ternak seperti sapi dan sebagainya jika musim kemarau melanda, atau saat bukan musim tanam. Pada malam hari tepatnya pukul 17.30, di rumah Dg. Sijaya kelompok 1 mendapat giliran untuk mendiskusikan mengenai Ormas-Demnas dan analisis kelas sekaligus perapian struktur kelompok. Anggota di kelompok ini tak kalah interaktif dibandingkan dengan kelompok-kelompok sebelumnya. Beberapa anggota yang mengikuti rangkaian pendidikan sangat menyadari tanggungjawab tiap anggota organisasi dari bawah hingga keatas.

Hari ke-V. Selasa, 9 September 2014.
            Siang hari, sebelum pendidikan, Bang Budi sempat mengadakan diskusi kecil-kecilan dengan beberapa rekan di posko ranting Ko’mara mengenai polemic BBM yang sedang marak diberitakan oleh media dan relasinya dengan dunia pertanian. Diskusi menyimpulkan bahwa kedepannya pasokan Minyak mentah yang diolah menjadi BBM akan semakin menipis sebab produksi yang berlebihan dan budaya konsumtif telah merebak akibat dari perluasan pasar bebas yang tidak mengenal batas. disamping produksi alat transportasi yang tinggi juga menjadi faktor. dengan demikian muncullah beberapa opsi untuk menagani keterbatasan pasokan Minyak mentah. Salah satunya adalah produksi Minyak Nabati. Minyak yang dihasilkan dari sari kelapa sawit. Minyak jenis ini akan diolah menjadi BBM selain digunakan sebagai minyak goreng. Inilah yang kemudian yang menjadi rencana pemerintah dan perusahaan kedepannya. Mengeksplor serta meningkatkan produksi kelapa sawit. Dengan kata lain, akan dibutuhkan tanah yang membentang luas guna mendukung eksplorasi kelapa sawit. Mau tidak mau, keadaan itu akan menyebabkan beberapa lahan pertanian ataupun hutan dialihfungsikan menjadi sektor perkebunan. Tentunya hal tersebut menyebabkan banyak dampak negatif. Beberapa diantaranya adalah proses pembebasan lahan yang di dalam sejarahnya tidak pernah berlangsung secara damai, dan pastinya mengharuskan ada korban berjatuhan. Yakni masyarakat pertanian ataupun masyarakat adat di lereng-lereng hutan. Kelapa sawit juga merupakan tumbuhan yang memiliki daya serap air yang tinggi, sehingga menyebabkan kekeringan, dan berdampak buruk bagi tanaman lain dan masyarakat sekitar. Dan Perkebunan Tebu di Kec. Polongbangkeng Utara dikabarkan oleh sumber tertentu akan dialihfungsikan lagi menjadi Ladang Sawit.
Setelah diskusi BBM, agenda pendidikan pada pkul 14.40 segera dilangsungkan untuk kelompok 2, yang kemudian di pertanggungjawabkan oleh bang Juned. Ini adalah agenda pendidikan terakhir untuk kegiatan Pra-Mubes.
            Malam hari, tepatnya pada pukul 20.20, RUA (Rapat Umum Anggota) segera dilaksanakan. RUA adalah kekuasaan tertinggi pada tingkat ranting, dimana Pimpinan Ranting dipilih secara demokratis oleh seluruh anggota Serikat Tani pada masing-masing rantingnya. RUA juga membahas program-program yang akan diprioritaskan maupun yang sifatnya sekunder. RUA dihadiri dan dibuka langsung Oleh Dg. Toro selaku Dewan Pembina STP. Dg. Toro tak henti-hentinya menyampaikan bahwa Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama serta kepercayaan adalah kunci keberhasilan Organisasi. Pimpinan Ranting baru Dg. Sikki yang terpilih secara demokratis dipercaya oleh masyarakat Ko’mara untuk melanjutkan perjuangan yg selama ini diemban oleh Dg.Sijaya sejak berdirinya STP. Hal ini memperbaiki konsentrasi pemikiran dan kinerja Dg. Sijaya yang sebelumnya bercabang karena beliau juga termasuk salah satu Pimpinan Kolektif STP Takalar.
            Demikianlah rangkaian kegiatan Pra-Mubes sebagai langkah persiapan awal Musyawarah Besar Serikat Tani Polongbangkeng Kabupaten Takalar. Semua pihak yang terkait baik secara langsung ataupun secara tidak langsung memiliki ekspektasi yang besar terhadap kemajuan Organisasi Tani dan terpenuhinya tuntutan-tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang mengantarkan Masyarakat Polongbangkeng ke arah kesejahteraan dan keadilan sosial yang lebih hakiki dan tidak menjadi hal yang utopis. Ada beberapa pembelajaran penting yang sangat penting selama kegiatan ini berlangsung, yakni; pentingnya teori-teori ilmu sosial dan ekonomi kritis diterapkan menjadi pendidikan yang praktis, sehingga pembelajaran yang utuh adalah ketika memetik kesimpulan pada situasi yang transformatif.