Ada masa kenangan itu lapuk
Ada masa dimana kenangan jadi bagian kerinduan
Ada masa kesemua itu terlupakan
Ada masa dimana untuk mengingatnya serumit semesta
Tatkala hari ini adalah kenangan di saat nanti
Mungkin lapuk, dirindukan, terlupa, ataukah sulit mengingatnya
Maka hari ini mesti tertuang dalam tulisan :
Amarah!!!
Harus diakui ingatan tak bisa keluar dari belenggu batasan
Dan karenanya momentum kecil kerap terlupa meski penting
Dan momentum besar yang membunuh juga kerap menjadi bias
Sehingga ingatan seringnya terjerembab pada kata dasar
yang tidak mengejewantah
Amarah!!!
Bukanlah seperti luapan emosi spontan yang umum ketahui itu
Bukan pula kebinatangan yang tidak terkendali itu
Ataukah seperti sikap orang-orang yang reaksioner itu
Amarah adalah perlawanan :
Perlawanan yang menghancurkan kodrat palsu
Perlawanan yang terorganisasi
Perlawanan oleh yang tertindas
Perlawanan oleh yang terciderai harkatnya
Perlawanan oleh umat yang tecerabut kemanusiaannya
Lalu kawan di seberang bertanya :
Bukankah itu juga luapan emosi, reaksioner?
Bukankah itu menentang kemajuan?
Bukankah itu langkah primitif?
Dan puaslah ia menghakimi dengan lagak superiornya
Seorang sahabat memberi senyum pada kawan tadi
hingga kawan di seberang memasang mimik cemberut
Dan heranlah ia mendapati respon sahabat ini
karena memang ia hanya hendak untuk menjawab
Bukankah si kawan meneriakkan pertanyaan?
itu untuk dijawab..
Kawanku, Tahukah kamu yang sedang kami lawan?
Mereka yang suka menghakimi siapapun karena pancingannya sendiri
Tahukah kamu siapa mereka?
Mereka agen depevelopment yang ingin memajukan dirinya sendiri
Bagaimana mereka bekerja?
Mereka mesti berkuasa, dan mimpinya semakin dekat, namun terus bertambah
Sementara kita yang dikuasai sudah jemu dengan keprimitifan kita
Ketololan kita
Kedunguan kita
Mereka sengaja untuk itu
Bukankah kita tampil di layar sebagai beban, yang kemudian ia bisikkan pada koleganya
Bahwa kita betul-betul tak pantas dikasihaninya
Namun kita yakin, ia juga tak pantas mengasihani
Sebab hanya tuhan yang sanggup mengasihi dan mengasihani banyak manusia
Kawan itu melotot,
Tiba-tiba saja ia membentak dengan sekalimat seruan :
Yang kalian lakukan adalah pemberontakan,
Dengan klaim tengah terindas,
Dan menggunakan tuhan untuk pembenaran,
Barisan kalian sungguh hina...
Si sahabat balik berseru :
Kawanku, Pemberontakan hanya akan ada jika prasayaratnya ada
Bahasa pemberontakan adalah tertindas maka kami berontak
Ketertindasan bukanlah klaim
Manusia mana yang begitu percaya diri mengklaim dirinya tertindas?
Dan, Bukankah Tuhan ialah kebenaran yang hakiki juga absolut?
Dan kita sungguh tak menggunakan nama-Nya
Untuk seorang tiran yang sungguh lebih hina dari ini
Anda mungkin berdiri diseberang saat ini
Sebagai golongan yang sedikit terbantukan oleh mereka
Tapi ingat, logika mereka meyakini
Jika keabadian hanya untuk mereka
Dan kelak, bisa jadi anda memimpin garda terdepan
Untuk perlawanan semacam ini..
Dialog ini mengundang bahagia diantara kami
Sebab kawan barusan adalah pekerja kera putih
Yang harkat kesejahteraannya sedikit ditingkatkan
Ditimpalinya kesadaran palsu
Dan ia masih saja tidak sadar sedang berilusi
Sembari merasakan kenyamanan tengah terancam...
Tentu ini akan tercatat dalam memori
Menjadi kenangan yang selalu baru
Bahwa kekuasaan punya kekuatan moralnya tersendiri
Untuk membendung Amarah yang diciptanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar