Menyimak
mudinya melantunkan sastra
Tersadar
dua insan dideru kama
Namun
tak tersatukan di planet penuh angkara
Bersukacita
dalam pancawalikrama
Berharap
damai di pelataran dirgantara
Pandang
penuh takjub di hadap panorama
Sebelum
dikaranya lenyap karena bumi lara
Lantunan
ombak yang berirama
Mengantar
lamunan ke singgasana apsara
Tatkala
di atas sana kutemui sang brahma
Ia
menangis dan menyesal karyanya penuh cempera
Riang
jasad ditiupkan kedalamnya satu atma
Menempati
lokus tuk menjadi bumiputra
Gilang-gemilang
menatap seorang mudi aditama
Yang
karenanya jua atma pincang kala racunnya mendera
Untuk mereka yang menghancurkan jiwa
dan harapan
Suherman, 21 Juni 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar