Rabu, 24 Juni 2015

Angkara Hidup

Terperangkap pemuda dalam enigma
Menyimak mudinya melantunkan sastra
Tersadar dua insan dideru kama
Namun tak tersatukan di planet penuh angkara
Bersukacita dalam pancawalikrama
Berharap damai di pelataran dirgantara
Pandang penuh takjub di hadap panorama
Sebelum dikaranya lenyap karena bumi lara

Lantunan ombak yang berirama
Mengantar lamunan ke singgasana apsara
Tatkala di atas sana kutemui sang brahma
Ia menangis dan menyesal karyanya penuh cempera

Riang jasad ditiupkan kedalamnya satu atma
Menempati lokus tuk menjadi bumiputra
Gilang-gemilang menatap seorang mudi aditama
Yang karenanya jua atma pincang kala racunnya mendera

            Untuk mereka yang menghancurkan jiwa dan harapan
            Suherman, 21 Juni 2015.

Tidak ada komentar: